Tidak lahir dalam curahan hati yang meluap-luap. Pesonaku kadang kalah pada bunga yang telah merekah 3 tahun sebelumku. Tapi aku dipenuhi cinta, disoraki kata sayang, dilindungi kasih dari mereka di sekelilingku.
Suatu hari saat matahari meninggi, aku pulang dan tersadar sendiri. Hidup tidak akan mengizinkanmu bermanja, sekalipun mereka mati-matian memanjakanmu. Aku pernah menangis putus asa tak bisa membuka pintu kamar mandi, ketakutan setengah mati memutar kenop kompor, dan memecahkan entah berapa pecah belah karena lari terlalu merinding.
Aku tidak percaya pada kemandirian. Bagaimana jika hidup begini saja? Aku selalu merasa sepi, tapi aku dapat yang kumau.
Tidakkah itu menyenangkan? … Tidak?
Tapi waktu sungguh adil. Menuaku harus disertai pikulan. Lengkaplah nyawaku saat seorang lagi hadir dalam kastil. Kupikir kami akan hidup bahagia selamanya.
Ternyata hati sudah terbiasa. Sepi bisa hilang, sekaligus membekas tak dielakkan. Tak bisa dijelaskan, tapi rasanya terkadang jauh tak tergapai.
Aku ingin teman.
Tidak tahu teman seperti apa.
Adalah dia dan dia, atau mungkin dia dan dia yang lain. Ada yang datang dengan mimpi, ada yang bertahan sangat lama, menawarkan cerita yang bisa kuhirup dalam-dalam setiap lelah, kubagi bahagia saat dia lelah. Aku terlalu bahagia atas hidup yang diam-diam juga menampakkan wajahnya.
Tapi, pernahkah dengar benar-benar arti “sepi”? Aku menyerah pada senyumku sendiri. Rasa sendiri itu jauh lebih banyak, bahkan aku pun terkejut dengan hati.
Perhatian yang dibagi.
Karena aku sadar hidup mereka bukan saja tentangku. Karena aku tau, banyak yang datang bercerita keluh padaku, bertanya apakah aku bisa membantu. Maka, aku tak bisa menuntut, sekalipun ada yang bilang jangan pula terlalu banyak memberi. Aku tak bisa melihat garisnya; bagaimana aku harus berjalan dan bagaimana harus berhenti.
Sebanyak apapun hati diberi, perhatian yang dibagi akan aku dapatkan. Sekali-kali aku tahan, rasanya selalu sama.
Lalu kenapa sekarang?
Bukankah kamu sudah terbiasa atas perhatian yang dibagi?
Aku rasa kali ini, aku tidak ingin (perhatian itu) terbagi terlalu banyak.
Somehow a woman,
Aprilia. Begitu saja.