Kamu membencinya dan kamu tidak pernah menyangka akan membencinya.
Hidup adalah kejahatan yang direncanakan; sudah semestinya kamu memercayai ini. Kamu masih merutuki keputusanmu saat itu mengiyakan kata-katanya, lantas menaruh percaya begitu besarnya hanya karena rasa bahagia saat bicara banyak hal dengannya.

Kamu membencinya dan kamu tidak pernah menyangka akan membencinya.
Kalau kamu bicara soal ini pada orang terdekatmu, mungkin mereka akan tahu alasannya, tapi kamu sesungguhnya tidak. Kamu sudah menghabiskan waktu belakangan ini untuk memunculkan hipotesis sekaligus antitesis tentang dia, menolak semua kemungkinan buruk, meski kemudian harus menelannya mentah-mentah. Sekali saja kamu tak pernah menebak sejak awal bahwa kamu akan menjadi begini sebal mengingat caranya dan kamu menertawakan lelucon yang paling garing di dunia.

Kamu membencinya dan kamu tidak pernah menyangka akan membencinya.
Tapi hari ini tiba juga; waktu tiba-tiba yang ingin kamu katakan hanyalah betapa kamu tidak menyukai caranya memperlakukan kamu. Memercayai seseorang adalah langkah yang besar dan kamu sudah melakukannya untuk dia. Mencintai seseorang adalah langkah yang besar dan kamu sudah melakukannya untuk dia. Menjaga perasaan seseorang adalah langkah yang besar dan kamu sudah melakukannya untuk dia.

Tugasmu sudah selesai dan kamu tidak pernah menyangka akan mengakhirinya dengan perasaan benci.
Tapi, benar: tugasmu sudah selesai.
Begitu saja.
Yogyakarta, 23 Mei 2019,
mendadak terasa sesak dan bertanya-tanya:
kenapa ada terlalu banyak kenangan dalam waktu yang sedikit?
Aprilia “I quit (again)” Kumala
Jangan berhenti. Lekas sembuh peegelangan tangannya.
LikeLike