Malam Minggu Keempat Puluh Sembilan

Sepanjang tahun 2020, ada 52 akhir pekan; 52 hari Sabtu, 52 hari Minggu. Seluruhnya tidak berhiaskan lagu lawas ceria seperti Dancing Queen, tidak juga terisi lagu sendu penghiburan diri seperti Sudah-nya Ardhito Pramono.

(Kamu bisa sambil mendengarnya di sini)

Hari ini tepat Sabtu yang keempat puluh sembilan; hari Sabtu kesekian kali yang kamu capai meski dengan babak belur setelah sepanjang pekan bertanya “Apakah aku layak meneruskan ini?” di sela-sela tugas kuliah online atau tenggat waktu pekerjaan yang masih menghidupimu dalam pandemi. Hari ini tepat Sabtu yang keempat puluh sembilan; hari kesekian kamu berhasil berlari dari tahun 2019 yang pilu, atau setiap bulan yang sekarang diisi dengan rindu sekaligus jenuh.

(source: http://www.pixabay.com)

Tadi, sebelum matahari tenggelam, pedagang bakso berhenti merapikan maskernya. Pengendara mobil mengaitkan tali penutup hidung. Rombongan berjalan berjarak. Dunia penuh dengan orang tersenyum yang tak bisa dilihat.

Kota ini sama seperti setahun lalu, atau dua tahun lalu. Bumi ini pun sama; mungkin bedanya hanya pada apa-apa saja yang menimpa kita: kebakaran hutan, pemilu, dan perburuan. Namun, lihat: seluruhnya mendadak waspada akan virus yang tak kelihatan. Di rumah, kamu menutup pintu rapat-rapat, atau malah pergi diam-diam karena takut dianggap tak peduli, padahal hatimu sudah hampir mati bosan.

Hidup berubah, dan ini bukan pepatah belaka. Kalau malam ini kamu merasa lelah sekali, duduklah yang tenang dan bersandar sebentar. Kekuatanmu bukan untuk diurai selamanya; kamu berhak atas waktu yang tenang.

(source: http://www.pixabay.com)

Bangun pagi dan duduk menghadap komputer, panggilan telepon dan pertemuan daring, laporan pekerjaan via email, tersenyum manis pada tetangga, menyapa ibu-ibu yang baru pulang belanja; jujur saja, bukankah kadang terasa melelahkan?

Semuanya berjalan begitu saja. Agak monoton, tapi harus berputar. Ingatanmu melayang ke mana-mana. Ke seluruh cerita yang tersimpan dari masa yang lalu. Mengerjakan ujian akhir, mendaftar kelas di semester baru, terjebak macet sepulang kerja, kehujanan tapi enggan memakai mantel, belanja awal bulan dengan antrean panjang di kasir, patah hati dan ditinggalkan, temanmu berlari seperti lebih cepat, serial TV yang tokohnya kamu benci; semuanya bergelut, semuanya menjadi satu di kepalamu sekarang, tertumpuk di Divisi Kenangan dalam rak berbeda. Semuanya, semuanya sekarang mungkin sudah siap kamu ingat tanpa tangisan, atau ketakutan, atau sakit dan benci, tapi yang kamu sadari cuma satu:

Dalam banyak waktu kamu berpikir sebaiknya mundur dan kalah telak atas hidup, kamu justru mampu menghajarnya balik dan berjalan menembus dindingnya.

Jadi, di sisa hari Sabtu yang ke-49 tahun ini, kamu boleh istirahat dan meyakini ini: Sabar, yang kali ini juga akan bisa kamu hadapi.

 

Selamat melanjutkan hidup.

Catatan: Kamu tidak sendirian.

 

Cilegon, 5 Desember 2020

Lia (atau dikenal juga dengan nama Lia Haris di kalangan tempat tinggal!)

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s