Nobita bilang, bersama Shizuka adalah hal yang menjadi bahagianya. Tapi ia juga bilang, bahwa sebenarnya Shizuka punya pilihan untuk jauh lebih bahagia ketimbang memilihnya menjadi suami hanya karena Shizuka merasa Nobita perlu seseorang untuk menjaganya.
Kakek, aku sedang bicara soal film Doraemon yang serialnya tayang setiap Minggu pukul 8. Dulu, waktu kita masih sering bertemu, biasanya aku akan ke rumahmu siang hari, setelah satu lagi episode Doraemon selesai.
Apakah di akhirat masih bisa menonton Doraemon?
Nobita masih cengeng dan sedikit lamban. Ia jadi melankolis waktu menemukan boneka beruang pemberian neneknya. Aku tak tahu kenapa adegan yang kupikir biasa saja justru membawa ingatanku pada set mainan Barbie dan jaket merah muda yang pernah Kakek beri.
Nobita menangis waktu lengan bonekanya sobek, dan aku menangis waktu jenazahmu diantar ke pemakaman.

Nobita dalam film Doraemon sudah menikah, Kek. Anak kecil itu sudah jadi suami. Nobita yang cengeng bahkan bisa berpidato di hadapan seluruh tamu. Nobita yang kecil itu sudah dewasa.
Kalau kau ingin tahu, Kek, aku juga sudah menikah.

Pada hari di mana Ibu menangis karena kepergianmu, aku bersusah payah menahan tangis. Semua orang bermuka muram, tidak ada senyuman. Semua paman memandikanmu terakhir kali, dan mereka bermata merah karena kelelahan dihujani air mata.
Tapi aku, yang akhirnya tidak masuk sekolah dan melewatkan penilaian untuk mata pelajaran PPKn, masih berusaha diam saja dan tidak mau terlihat cengeng selagi semua orang dewasa menangis. Di kamar belakang rumahmu, aku akhirnya menyepi. Ada cucumu yang lain, yang lebih muda dariku. Kami berusaha menerima hari itu sebagai hari biasa, hanya saja dengan bolong yang besar.
Nobita punya mesin waktu, tapi aku tidak. Kalau aku punya, aku ingin kembali ke hari pemakamanmu. Aku ingin keluar dari kamar dan berhenti berpura-pura kuat. Aku ingin ikut mengantarmu ke makam dan mendoakanmu di tanah kuburan yang basah. Aku mau menangis terakhir kali, bertahan paling lama, dan membaca namamu terus-menerus di batu nisan.
Aku ingin ada di sana, aku ingin ada di sana.

Nobita menikah. Di filmnya, Kek, ia membawa serta neneknya lewat keajaiban waktu.
Bayangkan kalau itu terjadi padaku, pada kita. Bayangkan kalau mimpiku membuat mesin waktu saat kecil itu terwujud, lalu mengundangmu datang ke acara akad sederhana di halaman rumah karena pandemi. Bayangkan kita berdiri di balik pohon di kebun seberang rumah, melihat aku yang dewasa sedang bergandengan tangan dengan laki-laki yang jadi suamiku.
Aku mau membayar berapa saja, kalau itu harus, untuk sekali lagi mencium tanganmu.

Nobita bahagia memiliki Shizuka. Perasaan yang tak berlebihan dan membuat tersanjung. Laki-laki yang mengajakku menikah punya caranya sendiri membuatku merasa hal serupa. Aku rasa kamu tak bakal kehabisan bahan bicara dengannya.
Kek, aku tidak lagi membaca novel di rumahmu. Terlalu berat dan terlalu klasik. Biar itu jadi tugas Kakak untuk punya selera baca yang sama denganmu. Tugasku sudah jelas, yaitu merindukanmu, membayangkanmu menurunkan sekian persen kecerdasanmu padaku tiap kali aku mulai membaca berita, dan mengingat semua momen aku melambaikan tangan padamu.
Aku rindu. Aku rindu. Apakah akhirat bisa menyampaikan rindu?
Kalau di dunia paralel kita masih bertemu, di hari pernikahanku kuharap Kakek memakai jas warna hitam. Di urutan kedua, setelah foto bersama keluarga inti, Kakek harus maju paling depan. Dan, fotoku menikah harus ada di rumahmu, Kek, jangan dilepas.
Mana boleh dilepas? Aku akan datang setiap bulan untuk mengecek.
Semoga Kakek dipeluk abadi yang hangat.
Cilegon, 23 Februari 2021
Lia, cucu Kakek