“Ulang tahun kita beda sebulan.”
Kamu memilih cara paling mudah untuk memberi tahu bulan kelahiranmu dalam ucapan ulang tahun untukku yang tiba duluan. Aku memberi emoji jempol dan confetti dalam teks balasan kala itu, berpikir bahwa mungkin sebaiknya aku gantian mengirimkan doa ulang tahun tepat di tanggal yang sama.
Ternyata, itu cuma salah satu contoh komunikasi kita yang kadang, mengutip leluconmu, “nggak ada chemistry-nya”. Aku merasa kamu perlu dan wajib menyebut spesifik dan detail jarak ulang tahunku dan ulang tahunmu, sedangkan kamu menjadikannya obrolan kasual yang memang seharusnya santai. Maksudku, apa susahnya bilang kalau kita hanya berjarak dua minggu tanggal kelahiran?
Bagaimanapun, aku juga perlu tahu apakah kamu Mei-Taurus atau Mei-Gemini! Jaraknya tipis, kan? 😛
“Coba nengok belakang. Kayaknya saya ada di belakang kamu.”
Pertama kali bertemu, setelah sebelumnya cuma berkomunikasi via WA dan Instagram, aku sempat berpikir untuk kembali ke unit apartemenku dan mengunci pintunya karena kupikir aku nggak mampu menghadapi orang baru. Tapi, entah kenapa, akhirnya aku tetap di sana, meski harus berpura-pura kebingungan mencarimu dulu, padahal aku sudah melihatmu datang sejak pertama kali kakimu melangkah di pintu masuk.
Ada banyak hal yang membuatku ingin mundur dari banyak “perjuangan” di dunia. Ingat, kan, aku pernah menangis dan bilang tidak mau jadi penulis lagi setelah dapat banyak sekali revisi? Ingat juga aku mengutuk setiap hari atas tugas yang tak teratur dan seringnya melelahkan dari sebuah masa di mana aku lebih banyak menyentuh ponsel khusus bekerja?
Aku juga pernah takut sebagai perempuan biasa. Apakah aku bisa menjadi pasangan hidup yang tidak membosankan? Apakah kamu tidak keberatan kalau aku tiba-tiba ingin melakukan eksperimen beberapa menu? Apakah kentutku mengganggumu? Apakah suhu AC 28 derajat Celcius cukup dingin untuk tidur? Apakah aku terlalu pendiam di acara perkumpulan keluarga besar? Apakah aku kelewat payah karena belum paham betul bahasa daerahmu? Apakah, apakah, apakah, dan apakah lainnya masih banyak bergelantungan. Mengutip lirik Nadin Amizah, semuanya berenang di kepala.
Pernah, suatu hari, waktu semua kekhawatiran itu muncul lagi bersamaan, aku pikir aku akan meledak saat itu juga. Sampai akhirnya, kamu pulang dari kantor sedikit lebih cepat.
Kamu membawa segelas es cokelat untukku.
Mendadak, entah bagaimana, aku tahu aku akan baik-baik saja. Karena kali ini, kamu, kan, bukan hanya ada di belakangku. Kamu di sampingku.
“Saya itu target market kamu.”
Aku juga target market kamu.

Selamat ulang tahun, Aa.
Terima kasih sudah jadi senter paling terang, air paling dingin dan panas, selimut paling tebal dan tipis, sekaligus rekan seumur hidup dengan tingkat lelucon yang fluktuatif.
Tiga puluh tahun ini adalah penanda bahwa kamu sudah dewasa dan sedikit tua. Semoga tak pernah lelah tetap berkembang. Kalau ini adalah pesan WA, sudah pasti kukirim dengan banyak emoji terompet.

Terima kasih ya sayangku yang cantik. Kamu jadi pendorong saya untuk jadi lebih baik lagi. Yuk, kita berkembang bersama.
LikeLiked by 1 person
Ayo, suamiku yang hatinya baik dan paling lucu sedunia. Aa keren teruuus~ ❤️🎉
LikeLiked by 1 person
Selamat ulang tahun dua orang penulis (dan couple) kesukaan aku ❤️❤️❤️ selalu senang membaca sesuatu yang ditulis secara jujur oleh mba lia, apalagi tulisannya tentang hal-hal yang memang bikin mba lia senang ❤️
Selamat bertumbuh menjadi lebih baik, lebih matang, lebih mengenal diri sendiri dan satu sama lain.
I’m forever a fan!!1!!1!
LikeLiked by 1 person
Aaaaa, Nial, baru bales niiiih, makasih banyak!!! Aamiiiin buat doa baiknya. Semoga hidup Nial dipenuhi bahagia dan banyak kemudahan. Selalu jadi mengagumkan, ya, Niaaaal. Happy liat Nial makin dewasa, tangguh, dan inspiratif! ❤️❤️❤️
LikeLiked by 1 person