Langit jingga, langit biru.
Adalah pagi yang datang dengan mentari. Sekelebat hitam disapa dengan panas surya yang menyelip di sela-sela kabut fajar.
Gelap.
Padahal, pagi ini sama dengan pagi kemarin. Atau pagi dua hari lalu.
Hanya saja sekarang, ada doa yang tiba-tiba menuju nyata.
Dengan kiriman awan semburat,
atau bayangan gunung berapi yang malu-malu,
sampai yang Bersinar itu tiba di tengah pagi.
Kalaupun,
Kalaupun kita berjalan di atas pematang sawah setelah Subuh, mungkin pertanyaan-pertanyaan yang berlarian tidak seluruhnya terjawab. Ketika Matahari merangkak pelan-pelan setelah bersembunyi di balik punggung Bulan, cahaya wajah orang-orang yang terlihat malah semakin mendebarkan asa.
Apakah pagi ini rencana Tuhan?
Ya.
Dengan kuasa-Nya, pagiku bertemu kamu.
Wahai langit jingga, langit biru, yang bercumbu dalam batas erotika awan tertinggi.
Pengagum pagi dan gumpalan awan,
Aprilia.
PS: Seluruh foto dalam postingan ini diambil oleh seorang pejalan kaki puluhan meter. Terima kasih!
Follow back teman. Kita kan sama2 pencipta puisi
LikeLike
iya terima kasih ya 🙂
LikeLike
Oke. Salam kenal
LikeLike